Makalah Hari Raya Idul Adha
Contoh Makalah Tentang Hari Raya Idul Adha
Berhubung hari raya idul adha sudah dekat, kali ini mimin akan
posting tentang hari raya idul adha/qurban. Pada kali ini saya akan
membahas tentang makalah idul adha, yang mungkin ai antara kalian ada
yang membutuhkan makalah tentang hari raya idul qurban. Untuk lebih
jelasnya kamu bisa lihat di bawah ini.
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Hari raya Idul Adha sering kita sebut hari raya kurban atau an-nahr,
pada hakikatnya sebuah rutinitas umat Islam yang telah di syriatkan
Allah atas peristiwa Nabi Ibrahim yang hendak menyembelih anak
tercintanya, Ismail As. Ada hikmah besar dibalik peristiwa itu, dikala
itu dalam sejarah, penyembelihan manusia terjadi atas nama persembahan
untuk penguasa alam atau dewa-dewa yang mereka klaim sebagai tuhan
mereka saat itu, mereka berasumsi benar adanya pengorbanan seorang anak
manusia adalah ibadah. Sungguh meyedihkan nyawa manusia tidak ada
harganya di banding binatang melata saat itu, kemuliaan dan derajat
seorang manusia amat sangat rendah bagi mereka demi kepuasan tuhan
mereka.
Kasih sayang Allah Swt terhadap Ibrahim menjadikan mulia dan derajat
tinggi manusia, manusia jelas lebih sempurna dari pada bintang atau
makhluk lainnya, bintanglah yang pantas menjadi kurban penyempurna agama
dalam ibadah Idul Adha dan aqiqah, manusia tetap tidak pantas untuk
itu.
BAB II
LATAR BELAKANG MASALAH
LATAR BELAKANG MASALAH
Penyembelihan sifat kebinatangan, mungkin itu yang harus menjadi
perhatian setiap kita umat Islam. Kenapa demikian, karena keserakahan,
ketamakan, kerakuasan dan lainnya yang buruk tentunya selalu dinisbatkan
kepada binatang, ya karena mereka tidak mempunyai potensi akal pikiran
seperti kita ini. Kerendahan seorang manusia bahkan bisa lebih rendah
dari binatang telah Allah nisbathkan kepada manusia yang mempunyai sifat
kebinatangan. Mereka mempunyai akal dan pikiran akan tetapi tidak lain
hanya digunakan untuk menjauhi Allah, hidupnya hanay untuk makan, tidur,
dan beranak pinak tidak untuk ibadah.
Keserakahan seorang manusia akan lebih serakah dibanding binatang,
lihat saja mereka yang notebene para pejabat hukum yang seharusnya
menegakkan hukum justru mereka jadi makelar hukum, dan masih banyak hal
yang lainnya yang terjadi di Negara kita ini. Kurban hanya sebagai
symbol saja tidak sampai pada mereka nilai luhur yang mengantarkannya
menjadi ketakwaan yang berwujud pada tingkah laku atau segala perbuatan
dan lisan semakin soleh.
HARI RAYA `IDUL ADHA
……………….BU TOLONG ISI AYATNYA (QS AL-KAUTSAR) ……………………………..
Allah berfirman :
1. Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.
2. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah
3. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu Dialah yang terputus
Idul Adha kembali hadir di tengah-tengah kita. Idul Adha memiliki hikmah dan makna yang amat penting untuk ditangkap dalam perspektif ajaran agama yang substansial. Idul Adha merupakan ritual keagamaan yang sarat nuansa simbolik-metaforis yang perlu dimaknai secara kontekstual dalam pijakan nilai-nilai universal Islam.
Saat ini kita masih berada dalam rangkaian hari-hari Tasyrik. Pada hari ini kita masih berkesempatan menyembelih hewan kurban, mengumandangkan takbir, dan dilarang menjalankan shaum. Dengan kata lain, nuansa Idul Adha masih kental menyelimuti keseharian kita. Semoga, di balik itu semua, ada satu hal penting yang harus kita internalisasikan dalam diri. Yaitu, bagaimana nuansa Idul Adha yang hanya lima hari ini (9 sampai 13 Dzulhijjah) bisa menjiwai nuansa keseharian kita? Untuk menjawab hal ini, kita bisa menelaah kembali hikmah dari Idul Adha ini.
Banyak hikmah yang bisa kita ambil dari momentum Idul Adha ini. Dari sekian banyak hikmah tersebut, berikut beberapa makna tersirat dari momentum Idul Adha yang merupakan hasil perenungan penulis sendiri :
1. Ketika menyaksikan penyembelihan hewan qurban, ada satu pelajaran penting untuk kita renungkan. Ketika hewan qurban disembelih berarti menyembelih pula sifat-sifat kebinatangan yang ada padanya. Di sinilah hikmah penting bagi kita, di mana kita pun harus segera menyembelih sifat-sifat kebinatangan yang ada pada diri kita. Banyak manusia yang telah jatuh derajatnya menjadi ”binatang”, sebab sifat-sifat bahimiyyah (kebinatangan) telah melingkupi perangai dan perllakunya. Sebagai makhluk yang terhormat tentu kita tidak ingin derajat kita jatuh menjadi binatang. Untuk itu sifat-sifat kebinatangan yang ada pada diri kita, seperti sifat rakus, serakah, pelit, mau menang sendiri, sombong dan lain sebagainya harus segera kita ”sembelih” dari diri kita. Inilah salah satu makna tersirat dari ibadah qurban yang jarang kita pahami.
1. Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.
2. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah
3. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu Dialah yang terputus
Idul Adha kembali hadir di tengah-tengah kita. Idul Adha memiliki hikmah dan makna yang amat penting untuk ditangkap dalam perspektif ajaran agama yang substansial. Idul Adha merupakan ritual keagamaan yang sarat nuansa simbolik-metaforis yang perlu dimaknai secara kontekstual dalam pijakan nilai-nilai universal Islam.
Saat ini kita masih berada dalam rangkaian hari-hari Tasyrik. Pada hari ini kita masih berkesempatan menyembelih hewan kurban, mengumandangkan takbir, dan dilarang menjalankan shaum. Dengan kata lain, nuansa Idul Adha masih kental menyelimuti keseharian kita. Semoga, di balik itu semua, ada satu hal penting yang harus kita internalisasikan dalam diri. Yaitu, bagaimana nuansa Idul Adha yang hanya lima hari ini (9 sampai 13 Dzulhijjah) bisa menjiwai nuansa keseharian kita? Untuk menjawab hal ini, kita bisa menelaah kembali hikmah dari Idul Adha ini.
Banyak hikmah yang bisa kita ambil dari momentum Idul Adha ini. Dari sekian banyak hikmah tersebut, berikut beberapa makna tersirat dari momentum Idul Adha yang merupakan hasil perenungan penulis sendiri :
1. Ketika menyaksikan penyembelihan hewan qurban, ada satu pelajaran penting untuk kita renungkan. Ketika hewan qurban disembelih berarti menyembelih pula sifat-sifat kebinatangan yang ada padanya. Di sinilah hikmah penting bagi kita, di mana kita pun harus segera menyembelih sifat-sifat kebinatangan yang ada pada diri kita. Banyak manusia yang telah jatuh derajatnya menjadi ”binatang”, sebab sifat-sifat bahimiyyah (kebinatangan) telah melingkupi perangai dan perllakunya. Sebagai makhluk yang terhormat tentu kita tidak ingin derajat kita jatuh menjadi binatang. Untuk itu sifat-sifat kebinatangan yang ada pada diri kita, seperti sifat rakus, serakah, pelit, mau menang sendiri, sombong dan lain sebagainya harus segera kita ”sembelih” dari diri kita. Inilah salah satu makna tersirat dari ibadah qurban yang jarang kita pahami.
2. Ketika menyaksikan penyembelihan hewan qurban, kita juga
menyaksikan bagaimana darah hewan qurban kita membasahi bumi ini. Di
sana ada satu hikmah besar yang bisa jadikan pelajaran. Bila saat ini
yang kita kurbankan untuk Allah adalah darah hewan qurban kita, suatu
saat jika dibutuhkan kan kita juga harus siap mengorbankan darah dan
jiwa kita untuk Allah SWT. Inilah bentuk pengorbanan terbesar yang harus
berani kita tunjukkan kepada Allah sebagai bukti keimanan kita,
sebagaimana yang telah didemonstrasikan pula oleh Nabiyullah Ibrahim dan
keluarganya. Allah pada hakikatnya tidak membutuhkan apa-apa, termasuk
persembahan. Perintah itu hanya untuk menguji ketaatan manusia dalam
merespons pesan dan perintah Ilahi dan kesediaannya untuk tidak
dikungkung kediriannya yang subyektif, atau impuls-impuls kejahatan yang
menipu. Persembahan sekadar suatu simbol yang melambangkan makna yang
lebih substansial, yaitu ungkapan ketaatan untuk mengembangkan
nilai-nilai agama yang sejatinya selalu bersesuaian dengan nilai
kemanusiaan perenial.
3. Salah satu hikmah mengapa Allah menggantikan Nabi Ismail dengan
seekor domba adalah bahwa Allah tidak mau manusia dijadikan kurban.
Allah menjadikan hewan sebagai kurban. Ini menunjukkan bahwa manusia
adalah makhluk yang sangat mulia disisi-Nya. Maka sungguh aneh kalau di
zaman sekarang ada orang yang dengan mudahnya mengorbankan sesama
manusia demi mengejar kepentingan pribadinya. Dan tersirat pula pesan
yang ingin memaklumkan manusia agar tidak lagi menginjak-injak manusia
lain dan harkat kemanusiaannya. Secara historis pun ada pelajaran
penting yang bisa kita renungkan. Pada masa Nabi Ibrahim hidup, sekitar
4300 tahun lalu, menjadikan manusia sebagai sesaji adalah hal biasa. Di
Mesir kuno, setiap tahunnya selalu dilaksanakan kontes kecantikan, dan
yang terpilih akan ditenggelamkan di Sungai Nil sebagai persembahan
kepada dewa. Di Mesopotamia (Irak) yang dijadikan sesaji adalah bayi. Di
Aztek, yang dijadikan sesaji adalah para pemuka agama. Digantinya
Ismail dengan seekor domba menandai lahirnya revolusi besar dalam
sejarah peradaban manusia, yaitu dihapuskannya pengorbanan manusia.
Manusia itu terlalu mahal untuk dikorbankan. Hikmahnya, kita harus
menghormati manusia, jangan mengorbankan manusia, bahagiakan manusia,
dan bantu mereka yang membutuhkan bantuan.
4. Salah satu hikmah terpenting dari momentum Idul Adha yang dapat
kita aplikasikan dalam kehidupan bangsa saat ini, yaitu semangat dan
keikhlasan untuk berkorban. Semangat untuk berkorban dengan tanpa pamrih
pada dasarnya akan menumbuhkan solidaritas sosial masyarakat. Apalagi
saat ini kita menyaksikan betapa bangsa dan negara kita tengah dilanda
oleh berbagai fenomena musibah dan bencana alam yang teramat dahsyat.
Banjir, tanah longsor, gempa bumi, lumpur panas, dan kebakaran terjadi
di mana-mana. Gelombang bencana ini telah memporak-porandakan berbagai
sendi kehidupan masyarakat. Fasilitas-fasilitas kehidupan pun mengalami
kerusakan yang teramat parah. Jalan-jalan banyak yang rusak, rumah-rumah
banyak yang terendam, harta benda lainnya banyak tidak dapat berfungsi
seperti sediakala, akibat tidak dapat diselamatkan. Bencana ini pun
menimbulkan trauma psikologis bagi warga masyarakat. Masyarakat menjadi
panik, gelisah, dan khawatir jika bencana itu datang lagi. Semangat
berkurban harus tercermin dalam segala aspek kehidupan masyarakat.
Semangat berkurban terutama harus ditunjukkan oleh para pemimpin dan
kaum elit negeri ini. Tidak hanya rakyat yang diminta untuk berkurban,
tetapi para pemimpin harus memberikan contoh. Tidak berkhianat terhadap
amanah jabatan yang diembannya merupakan salah satu contoh pengorbanan
yang dilakukan. Karena pengkhianatan terhadap amanah, hanya akan membawa
bangsa ini pada kehancuran. Seseorang yang mengkhianati amanahnya
biasanya memiliki sifat rakus dan tamak. Watak rakus dan tamak ini akan
menempatkan kepentingan dirinya sendiri di atas kepentingan orang lain.
Segala macam cara akan dipergunakan untuk mendapatkan berbagai jabatan
dan kedudukan yang dianggapnya akan memperkaya dan menguntungkan diri
dan kelompoknya. Jabatan akan dipertahankannya walaupun secara etika dan
moral sudah tidak layak disandangnya, karena banyak anggota masyarakat
yang menolak kepemimpinannya.
5. Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, dua manusia terbaik yang ada di bumi
telah berhasil mengangkat nilai martabat manusia pada kedudukan yang
sesungguhnya, penghambaan secara total kepada Sang Khalik. Ibrahim
menyerahkan putranya untuk disembelih dihadapan Allah, sebuah
penggambaran totalitas ketertundukan seorang manusia kepada Tuhannya.
Melalui Nabi Ibrahim, manusia telah melihat sebuah nilai pengorbanan
yang bersih dari nilai-nilai kesombongan, keangkuhan, dan kesemuanya
hanya tertunduk patuh pada-Nya. Kerelaan Nabi Ismail untuk disembelih
merupakan perwujudan cinta kasih yang sangat luar biasa kepada sang ayah
atas nama Tuhan. Ketika pengorbanan diminta, tak ada perdebatan, tak
ada keberatan, tak ada penolakan sedikitpun, inilah manusia yang mulia
yang mampu membebaskan dirinya dari belenggu nafsu yang selalu mengajak
untuk cinta dunia secara mutlak.
Demikianlah beberapa hikmah Idul Adha yang merupakan hasil renungan
penulis, mudah-mudahan kita bisa selalu mengambil hikmah dan pelajaran
dari setiap peristiwa penting yang kita lalui dalam hidup ini guna
meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan kita kepada-Nya. Amiin.
Sumber : http://rusmanakng-hamasah.blogspot.co.id/2010/01/hari-raya-idul-adha.html
Post a Comment for "Makalah Hari Raya Idul Adha"